Hewan
kesayangan sakit, jangan asal memberikan obat. Selektif dan konsultasi ke
dokter hewan adalah pilihan cerdas.
Memelihara hewan
seperti kucing atau anjing harus dengan komitmen. Dibutuhkan tanggung jawab
lebih bagi si pemilik terhadap
hewan peliharaannya. Bahkan pada faktanya, memiliki hewan peliharaan justru memberikan
beban tambahan secara finansial.
Anggaran yang dibutuhkan untuk hewan peliharaan bukan
hanya soal makanan dan perawatan, tetapi juga anggaran untuk kesehatan. Anggaran kesehatan tersebut meliputi konsultasi
dokter hewan, vaksinasi, pemeriksaan rutin, treatment
penyakit, rawat inap, hingga obat-obatan. Jadi, benar jika dikatakan bahwa memiliki
hewan peliharaan membutuhkan komitmen lebih.
Saat ini, banyak pemilik hewan yang
ketika peliharaannya sakit tidak tahu hal yang harus dilakukan. Ingin ke dokter
hewan, anggaran terbatas. Ingin memberikan obat,
bingung harus memberikan jenis obat yang tepat. Akibatnya, informasi hanya dari
teman berdasarkan pengalaman.
Banyak pula yang
memberikan obat untuk manusia kepada hewan peliharaan. Jika sembuh, syukur.
Namun, jika penyakit justru semakin parah, justru sangat merugikan. Maklum, ada
beberapa obat yang tidak bisa diberikan tanpa resep dokter. Artinya, obat
tersebut restricted. Jika diberikan
sembarangan akan memperparah kondisi dan memberikan hasil yang tidak baik.
Konsultasi dengan
dokter hewan yang lebih berkompeten dalam meresepkan obat sangat dibutuhkan.
Diperlukan pemeriksaan secara seksama dan tidak akan sembarangan. Hal ini
disebabkan gejala klinis awal suatu penyakit bisa jadi sama. Sebagai contoh,
pada kasus infeksi tentu muncul kondisi demam akibat respon tubuh untuk
menghalau agen penyakit. Apakah aman diberikan obat penurun panas atau bisakan
memberikan antibiotik tanpa pemeriksaan?
Ternyata tidak
semua hewan bisa diberikan obat begitu saja tanpa diperiksa terlebih dulu. Berikut
beberapa obat yang tidak boleh diberikan sembarangan untuk hewan menurut drh.
Puspasari Respatiningtyas dalam blog-nya.
\
Obat
anti radang dan penurun panas
Pemilik kucing
dan anjing biasanya mengeluhkan hewannya yang lemah, tidak aktif, dan nafsu
makannya menurun. Terkadang ada yang mengatakan kucing atau anjingnya terserang
panas atau demam, padahal belum diperiksa menggunakan termometer.
Demam lazim
terjadi pada hewan peliharaan, termasuk kucing dan anjing, sebagai gejala dari
infeksi. Obat yang dapat menurunkan panas termasuk pada obat antiradang maupun
obat antinyeri (analgesic-antipiretik).
Umumnya, obat penurun panas yang banyak ditemukan di pasaran adalah paracetamol
dan aspirin. Namun, pada kucing dan anjing, pemberian obat antiradang dan
penurun panas ini justru berbahaya. Jika dosisnya tidak tepat, efek buruknya
terjadi keracunan.
Paracetamol
sangat berbahaya untuk kucing. Secara genetik, kucing tidak memiliki enzim yang
dapat mengubah kandungan paracetamol menjadi kandungan yang lebih sederhana.
Hal ini menyebabkan paracetamol akan terus mengalir dalam darah dan bersifat
racun. Kematian akibat keracunan paracetamol ini disebabkan oleh kekurangan
oksigen akibat kerusakan darah merah.
Obat antiradang
seperti aspirin, ibuprofen, deamethasone, dan jenis lainnya sangat berbahaya
untuk kucing dan anjing. Biasanya, obat antiradang ini diberikan untuk
melakukan terapi pada anjing, tetapi harus dengan resep dokter hewan. Pemberian
tanpa resep dokter hewan dan secara sembarangan dapat menyebabkan kerusakan
organ. Bahkan ada kasus anjing mengalami muntah darah akibat keracunan setelah
konsumsi antiradang ibuprofen.
Antibiotik
Antibiotik
bertujuan untuk menghentikan perkembangan bakteri atau membunuh bakteri
penyebab penyakit. Artinya, pemberian antibiotik ini tidak akan ampuh untuk
menangani penyakit akibat virus maupun cacing.
Banyak golongan
antibiotik, tetapi yang umum digunakan yaitu amoksilin karena spektrum daya
kerjanya yang luas. Tak jarang pemberian antibiotik ini salah kaprah dan asal
diberikan. Antibiotik untuk hewan peliharaan perlu disesuaikan dengan
penyebabnya, berat badan, usia, dan riwayat penyakitnya. Berikut beberapa alasan
antibiotik tidak boleh diberikan secara sembarangan.
Antibiotik dapat
menyebabkan resistensi mikroba
Resistensi
mikroba atau kekebalan mikroba atau bakteri terhadap antibiotik menyebabkan
antibiotik tidak memiliki daya kerja yang maksimal. Penyebab resistensi adalah
pemberian antibiotik secara berlebihan atau penggunaan antibiotik secara tidak
tuntas (tidak dihabiskan) sesuai resep dokter.
Antibiotik dapat
mematikan bakteri baik pada usus
Penggunaan
antibiotik bisa mematikan bakteri baik pada usus dan menyebabkan
ketidakseimbangan bakteri pada usus. Gejala yang terlihat biasanya berupa diare
karena kondisi usus yang kurang baik.
Antibiotik
menimbulkan berkembangnya jamur secara berlebih
Pemberian
antibiotik secara terus-menerus akan menyebabkan matinya bakteri dan akan
menimbulkan masalah baru, yaitu tumbuhnya jamur. Jamur yang mendominasi tubuh
akan menimbulkan masalah baru bagi kondisi kesehatan.
Antibiotik
berbahaya bagi induk hamil maupun menyusui
Induk hamil
maupun menyusui tidak boleh sembarangan meminum antibiotik. Beberapa antibiotik
ada yang berbahaya bagi kehamilan sehingga perlu diperhatikan kandungannya.
Tentunya, antibiotik akan mengalir pada darah dan terdapat pada air susu
sehingga perlu berhati-hati dalam pemberiannya.
Ivermectine
Ivermectine
sangat dikenal sebagai antiektoparasit yang baik, terutama dalam mengobati
kasus infeksi tungau termasuk scabies.
Namun, secara genetik terdapat hewan yang tidak bisa memetabolisme jenis obat
ini.
Efek samping
aplikasi obat ini menyebabkan kejang dan keracunan. Anjing ras collie (righ collie, border collie), Shetland
sheepdog (Sheltie), dan anjing ras collie
campuran merupakan jenis anjing yang secara genetik tidak bisa memetabolisme Ivermectine. Pemberian antiektoparasit
lain seperti milbemycine dan selamectine cukup aman untuk anjing
jenis ini.
Obat
cacing (anthelmintic)
Pemberian obat
anticacing (anthelmintik) perlu dilakukan
secara berhati-hati, terutama untuk kucing dan anjing hamil. Albendazole dan fenbendazol dapat
menyebabkan kerusakan dan kecacatan pada janin sehingga penggunaannya perlu
diperhatikan.
Pemeriksaan
secara seksama sangat penting dilakukan untuk hewan yang sakit agar tidak
mengalami kesalahan dalam pengobatan. Jika hewan tidak kunjung sembuh setelah
diobati bukan berarti obat tidak bekerja dengan baik, tetapi dimungkinkan ada
faktor lain seperti kondisi tubuh yang kurang baik atau adanya resistensi
terhadap obat tersebut. Oleh karena itu, pengobatan perlu disertai diet atau
pakan yang baik sesuai anjuran dokter. Pengobatan pada hewan peliharaan memang membutuhkan
kesabaran untuk mencapai kesembuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar